Friday, July 19, 2013

Rindu Kita Dahulu

Sengauku karena tangis yang tumpah didesak rindu ketika kita dahulu. Meski aku tahu kita tidak berpisah, namun aku juga tahu kita tak lagi bersama.

Isakku karena maksud hati tak tersampaikan; inginku tetap bersama tapi tiada daya karena berbenturan dengan tembok realita. Kita sekarang adalah rel kereta api; yang harus tetap berjalan beriringan, berdampingan, namun tidak bisa bersatu.

Lingkaran-lingkaran kecil ini sungguh unik; awalnya merasa lebih baik berada di luar, enggan masuk untuk mencair dan melebur. Tetapi pada akhirnya, seperti tidak ingin segera pergi, kalau bisa tetap di sini.

Beginilah siklus kehidupan di Fakultas Kedokteran, dibuat lingkaran-lingkaran kecil dengan keberagaman pada setiap individunya. Awal block pasti adaptasi dirasa susah, tapi di akhir semester genap perpisahan-lah yang paling susah. 
Meski berjalan sendiri-sendiri, tapi kita akan tetap saling menghampiri di esok hari--hingga akhir nanti, walau sekadar bertanya, "Ada praktikum apa hari ini?", kan?

Ini jeritanku. Ingin mengeluarkan rindu dan kasihku agar kalian tahu; bahwa di setiap malam aku bersenandung sendu, berharap kita tetap bersama tidak terbatas ruang dan waktu.

Sendu adalah bagian dari rindu tak berujung ku. Inilah aku;

Aku yang mengurung diri di gelapnya masa dahulu,
aku yang membiarkan diriku digerogoti waktu dan rindu,
aku yang tidak ingin keluar terburu-buru,
karena di dalam ruang itu, aku bersama kalian; saling memeluk dan memperhatikan, mendorong dan menguatkan. Di ruang itu pula aku bisa melihat senyum dan tawa kalian, meski abu-abu.

Sekarang dan entah hingga kapan, aku merindukan kalian.
Keluarga Tujuh
Blok terakhir di semester empat.
Jangan lupakan lingkaran kecil kita dan selamat berjuang bersama lingkaran-lingkaran lain, sahabat sejawat.

Repost dari http://agusttitin.wordpress.com