Sunday, May 26, 2013

Jadilah Sekadar Mimpi


Allah, hamba memohon..
Mimpi panjang yang hamba alami pagi ini hanyalah sekadar mimpi,
Bukan peringatan, tidak akan kenyataan.

Hamba tidak sanggup jika harus menahan beban menjadi kenyataan,
meski Engkau Yang Maha Tahu.
Hamba tidak mau jika mimpi barusan menjadi kenyataan,
meski Engkau Yang Maha Mengatur.

Hamba memohon, Allah..
Biarlah bunga tidur mekar saat tertidur,
dan jangan biarkan mekar saat tubuh mulai bergerak teratur.

Jadikanlah sekadar mimpi,
Allah, hamba memohon.

Saturday, May 25, 2013

Bakti dan Afeksi


"Dek, kamu baru boleh punya pacar setelah Bulan Oktober."

Alasan eksplisitnya hanya satu; supaya aku fokus pada akademik ku,
tapi jauh di dasar pemikiran beliau aku percaya, alasannya hanya satu--sama seperti yang beliau katakan dulu;

"Papi tidak mengizinkan kamu pacaran karena papi hanya takut kamu terluka, nak."



***

Bulan Mei tanggal dua puluh lima, Malam Minggu pertama;
kami habiskan untuk mendiskusikan permintaan--perintah--ayahku.
dia menatapku, membiarkan aku berbicara.
dia mencoba memahami situasi ini, kami terjebak tak bisa bergerak.

Bagiku semua sama saja--pacaran atau tidak pacaran.
"Aku menginginkan afeksi."
Kalau memang itu yang kamu inginkan, aku bisa memberi.
"Ya sudah kita akhiri, tetapi kisah kita tidak berhenti di sini."
Kalau itu bisa membuat mu senang, aku pun demikian.


Aku ingin konfirmasi, kesimpulannya aku tetap memberi afeksi dan insya Allah hanya kamu yang aku beri afeksi.

dia bertanya.
Aku hanya bertanya pada Tuhanku, bagaimana bisa Allah mengirimkan pria sebaik dia untuk ku. Aku mengkonfirmasi dengan syukur.

"Aku bersyukur bisa bertemu dengan mu, dan aku bersyukur kamu yang aku izinkan masuk ke dalam. Aku tidak menyesal sedikitpun. Aku tidak menyesal jika memang aku harus jatuh ke dalam. Selamat datang Oktober."

Aku senang jika kamu memang senang.
"Jauh di dasar sana, apa yang kamu rasakan? Jangan pedulikan aku ketika aku bertanya begini, tolong."
Jujur aku sedikit ragu.
"Ragu bagaimana?"
Apakah kamu akan tetap ada?
"Hanya itu keraguan mu, atau masih ada?
Apa ada hal lain yang perlu diragukan?
"Tidak. Jika memang hanya itu, satu jawabku; jika kamu selalu ada, aku akan tetap ada."

Malam semakin menunjukkan gulitanya,
rintik hujan basahi kota Yogyakarta,
kami berbonceng naik kendaraan roda dua, pulang dengan senandung tetap mengiringi perjalanan--bersuka cita.


***

Sepanjang jalan kenangan, kita selalu bergandeng tangan.
Sepanjang jalan kenangan, kau peluk diriku mesra.
Hujan yang rintik-tintik di awal bulan itu, menambah nikmatnya malam syahdu..


Entah mengapa lagu itu terasa mengena.
Aku tidak ingin lepas, tapi harus.

dia meyakinkan aku bahwa kelak aku adalah nomor satu,
dan tidak ada nomor berikutnya.
dia akan tetap menyayangiku sebagaimana mestinya,
dia tidak akan berubah.
dia akan terus berusaha untuk ada,
hingga dia kehabisan daya dan upaya untuk bisa.
dia membuatku tenang dengan keputusan akhir.
aku semakin yakin dengannya.

Aku senang dengan pertemuan kali ini,
aku tetap berbakti dan tidak kehilangan orang yang aku sayangi.
Rasa senangku melebihi segala yang aku rasakan setelah delapan belas Mei.
Aku bersyukur dia bisa memahami situasi seperti sekarang ini.

"...aku ingin melindungi hati ku. bagaimanapun bentuknya, ini adalah yang tersisa dan ini yang aku miliki--dan inginku ini untuk mu..."

Aku berharap dia bahagia dari keseluruhan hati. Karena hanya itu yang membuatku tersenyum tanpa habis hingga entah kapan nanti.


Maaf dan terimakasih.

Friday, May 24, 2013

Sendika Dawuh


Obrolan singkat pagi ini cukup menggertak hati.

Beliau yang aku hormati dengan segenap nurani,
tak berani ku bantahi meski jiwa berontak tak ingin dibatasi.
Beliau yang aku sayangi,
tak ingin ku berontak tak tahu diri hingga berujung melukai.

Jauh di dasar sana aku percaya;
beliau menyayangiku dengan seluruh nyawa.
Jauh ke depan sana aku enggan untuk tak percaya;
beliau menyiapkan aku masa depan bahagia.

Jika beliau sudah berdawuh,
aku hanya bisa bersimpuh, patuh.

Apapun akan aku lakukan meski mengorbankan perasaan.

meski harus menyudahi yang baru saja kami mulai,
meski harus berhenti yang bisa saja melukai.

Kita lihat saja nanti,
"mungkin hari ini, mungkin lain kali, mungkin tidak sama sekali"

Aku harus luluh,
sendika dawuh.

Wednesday, May 22, 2013

Senandung Sheila On 7

Untukmu,

akhirnya semua terjadi juga, yang ku takutkan, yang ku elakkan
keresahan ini tak seharusnya terjadi,
seakan jurang tercipta untuk kita..
aku pun tak ingin meninggalkan tempat ini,
apa yang kau rasakan aku juga merasakan..

aku tahu,
kisah ini terasa begitu berat di pundakmu..
aku tahu,
karena juga begitu berat di bahuku..

coba sayang,
berhentilah meratapi keadaanku,
jangan pernah menyerah pada keadaan busuk ini,

apapun yang akan terjadi takkan pernah aku sesali,
bila menjalani semua denganmu, bila memahami semua dengan mu.
aku takkan pernah menyesal..

pegang pundakku jangan pernah lepaskan
bila ku mulai lelah, lelah dan tak bersinar,
remas sayap ku jangan pernah lepaskan
bila ku ingin terbang, terbang meninggalkanmu..

genggam tangan ku saat tubuhku terasa linu,
ku peluk erat tubuhmu saat dingin menyerangmu,
kita lawan bersama dingin dan panas dunia,
saat kaki tlah lemah kita saling menopang..

tak pernah kita pikirkan ujung perjalanan ini,
tak usah kita pikirkan ujung perjalanan ini,
dan tak usah kita pikirkan ujung perjalanan ini,


tetaplah kau di sini, menemani aku bernyanyi.

(Tentang Hidup -- Takkan Pernah Menyesal -- Saat Aku Lanjut Usia -- Sahabat Sejati)

Sunday, May 19, 2013

Beda

dia biasa,
tidak istimewa,
atau luar biasa,
pun tidak sempurna.

Tapi dia membuatku merasa beda,
ada.
dan mendorongku untuk bisa.

dia berbeda dengan yang lama.
dia;
yang acuh tak acuh luar biasa,
yang membiarkan aku leluasa,
yang mendukungku untuk berkembang dan berkarya,
yang dalam berhubungan kami tetap hemat pulsa (hahaha).

dia berusaha membuat ku tertawa,
itu yang aku suka.
dia juga memperhatikan hal-hal kecil di sekitaran kami berdua;
mematikan lampu kendaraan jika mengambil karcis saat malam tiba,
membukakan pintu gedung dan mempersilakan ku masuk pertama,
menghindari hal-hal yang tidak aku suka,
memberiku kejutan-kejutan kecil--diam tapi aksinya nyata.

Hmm.
dia berbeda dengan yang lama.
mungkin aku belum terbiasa, tapi aku suka.

Saturday, May 18, 2013

Ya

Sekian lama aku terpenjara suara-suara,
bukan dari aku asalnya.
Vokal yang hanya melihat dari kaca mata mereka,
tidak ikut masuk merasakan bagaimana rasanya.

Apa yang aku lakoni kemarin adalah buah pikiran mereka.

Aku terlihat bahagia, mereka senang.
Aku bersedih, mereka berusaha turut serta,
apakah mereka dapat merasakannya?

Aku lelah menjadi boneka,
di atas nama 'untuk kebaikanmu, Tin' mereka mengombang-ambingkan rasa dan nalarku.

Dan sekarang aku memutuskan sendiri, tanpa intervensi.
Biarkan. Jatuh sekalian. Asalkan aku yang berkeputusan.

Ini adalah perjalananku.
Kisah dilemma asmara terhalang jurang panjang membentang.
Jurang bukan buatan, jurang ciptaan-Nya.

"Apa yang kamu rasakan?"
Senang dan sedih
"Sedih karena apa?"
Tidak ingin tahu yang membuat ku senang?
"Lebih kepada yang membuat mu bersedih"
Aku ingin memberitahu yang membuat ku senang.
"Apa?"
Senangnya, karena ada kamu di hadapan ku.
"Dan sedihnya?"
Karena aku merasa kamu belum sepenuhnya berada di sini.

tangan berpindah mengarah ke letak hatinya berumah,
matanya memerah,
air matanya hampir tumpah.

Ini bukan salah dia,
Ini bukan salah siapa-siapa.

Kita hanyalah lakon-lakon
dengan jatah tokoh yang disesuaikan dengan kemampuan memerankan di atas pentas.
Sekarang, apa yang ada di hadapan diperankan dengan sebaik-baiknya.
Perkara akhir cerita diserahkan kepada Sang Sutradara.


Tidak ada yang benar, tidak ada yang salah.
Tergantung dari aspek mana kita memandang suatu masalah.




Bulat keputusanku.
Akhirnya,
Ya.

Friday, May 17, 2013

Pinta dan Tanda Tanya

Rintik hujan kembali membasahi kota,
menemani ku terjebak dalam pro dan kontra,
dan masih di dalam perkara yang sama,

Aku termangu hilang kata tak bersuara,
apalagi yang aku risaukan?

Kali ini aku berbicara kita.
Harus meski tak bisa.
Terus kendati belum biasa.

dia memintaku untuk mejadi matahari yang menyinari jalannya,
meneranginya untuk minimal tetap tegap berada di tempat ia bertanda.
dia memintaku untuk memastikan langkahnya benar,
menuntunnya untuk sedikitnya tidak beputar.

Apa yang harus aku katakan?
Aku menatap ruas jalan, bergeming.

dia tidak memaksa hanya meminta dan bertanya.

Pukul satu dini hari, tertanggal delapan belas Mei.
Aku iri dengan hujan gemercik ramai,
di dalam sini terasa sunyi yang tak kunjung usai.


Ku sadari semua jalanku tak berarah kepadamu,
Mungkin salah, diri ini memikirkanmu;

(kini) jalan dan jalin tanpa restu,
ku akhiri namun tak berakhir,
ku hindari, hati tak ingin berpisah.


Aku percaya, tidak ada yang kebetulan.
Semua pasti ada maksud dan tujuan.

Aku menengadah berserah pasrah.
Kita tidak berhasil dengan segala jerih payah.
Sekarang, bagaimana aku harus melangkah?

Ku sadari semua jalanku tak berarah kepadamu.



Thursday, May 16, 2013

Berai

Apa yang aku nanti?
Benarkah hanya afeksi?

Apa yang aku tunggui?
Benarkah murni ketulusan hati?

Aku tidak tahu apa yang aku cari,
Tapi terus berlari.
Terus melangkahkan kaki,
Entah kemana tapi yang pasti pergi.

Berai hati tak sanggup ku tanggulangi sendiri.
Benarkah kamu yang aku ingini?

Ya,
Jangan pergi, tetaplah di sini.
Tidak,
Segeralah berpindah dan jangan kembali.

Wednesday, May 15, 2013

Allah


Jangan tinggalkan aku.
Jangan biarkan aku pergi berpaling dari-Mu.


Sembilu pilu ngilu merindu-Mu,
aku tanpa-Mu butiran debu.



Titik

Bahwa kisah kita sudah berakhir tepat sebelum kita sempat memulainya :)

Monday, May 13, 2013

Buku Terlarang

Buku itu terlihat menarik, sampul depan yang simpel namun sarat akan makna.
Judul bukunya berat, membuat orang malas membaca isinya.

Buku dengan 1001 kontroversi di dalamnya.
Buku dengan keluwesannya meceritakan kisah-kisah pengisi setiap lembarnya.
Buku dengan alur yang tidak terduga arahnya.
Buku dengan segala keunikan bahasanya.

Buku biasa yang jarang dilirik orang.

Aku melihat isi dompet ku, dompet dari ayah-ibu ku,
Dompet yang selalu ku bawa dan tidak akan pernah aku gantikan dengan dompet yang lain.

Aku tahu dengan pasti, aku tidak akan pernah bisa membeli buku itu. Tidak boleh.
Tapi, entah kenapa buku itu terlihat sangat menarik.
Deretan kalimat yang ada di setiap lembarannya membuat ku hanyut, terlarut, berlarut.

Aku suka buku itu.

Sinopsisnya jelas, tokohnya tegas dan alurnya panas.

Kemarin, aku mengumpulkan nyali untuk membeli.
Sekarang, aku kehabisan keberanian untuk sekadar menyisihkan pendapatan.

Aku tahu, aku tidak boleh membelinya.
Tidak boleh memilikinya.
Sedangkan buku itu tidak tersedia di perpustakaan manapun--tidak untuk dipinjam.

Tapi aku ingin sekali membacanya, menyentuh setiap sudutnya, membolak-balik lembaran di dalamnya, menebak-nebak alur satu demi satu, menikmati setiap kata dan rangkaian kalimatnya, menikmati dinamika permasalahannya, memainkan dan mengembangkan imajinasiku.

Aku ingin belajar dari buku itu.

"Meskipun alurnya seru, namun kami sudah tahu akhirannya hanya akan meninggalkan luka dan kecawa di dirimu"

Kata mereka yang tidak setuju.

"Jika kamu ingin belajar maka mendapatkan ilmu dari buku itu adalah yang utama, dan akhir cerita bukanlah yang pertama."

Kata mereka yang tidak kontra.

Ini adalah pembelian buku tersulit yang pernah aku alami sepanjang hidup. Selain buku itu terlarang, buku itu juga belum jelas sudah dipesan orang atau belum.

Detik ini, saat aku menekan satu demi satu huruf pada tulisan ini, aku masih berharap bisa membeli buku itu untuk diriku sendiri. Tidak peduli kontroversi, tidak peduli akhirannya nanti.

Entah pelajarannya, entah aku terlanjur suka tapi yang jelas aku ingin memilikinya.

Tuesday, May 7, 2013

Bayang-bayang

Aku lelah menjadi bayang-bayang,
yang terlihat hanya jika ada sinar benderang,
yang menyatu dalam hitamnya remang.

Aku ada, aku nyata, aku tersua,
hanya terkadang kau tidak melihatnya.
Aku di sini, aku berdiam diri, aku hanya sendiri,
namun terkadang kau melihatku berdiri tidak di atas kaki ku sendiri.

Aku lelah menjadi bayang-bayang.
Aku ingin muncul, menyeruak, dan tegap berdiri, sendiri, bukan bayang-bayang lagi.
'dan menjadi sejatinya jati'

Wednesday, May 1, 2013

Boneka Barbie

Selalu dan selalu begini; aku dipermainkan seperti boneka Barbie.
Awalnya dipuja-puji, akhirnya ditinggal pergi.

Aku ini bernyawa dan berhati!