Saturday, March 29, 2014

Monday, March 24, 2014

HARI YANG BIASA


Untukmu, 

Aku berlari ratusan kilometer jauhnya darimu, 
mengambil napas dalam-dalam untuk siap mengayuh kaki lebih jauh lagi, 
mendongak untuk setiap tetes hujan, 
menundukkan kepala untuk menghindari sengatan matahari,
berharap untuk terus berlari.

tapi lihat, 
aku masih di sini, bergeming. 
pada setiap malam aku berdoa, 
aku gagal dalam satu hal.
aku terus lari dari Kenyataan. 

kamu,
tolong bantu aku bersanding dengamu,
untuk berhenti membohongiku,
untuk melihatmu tanpa ragu,
lalu bisa memelukmu.

kamu,
tolong aku untuk pahami,
cara untuk berhenti dan menatap lurus ke arahmu,
tak hanya berlari dan bersembunyi.

bantu aku untuk bisa melangkah beriringan denganmu.

Wahai Waktu,
Kenyataan telah menyiksaku,
sudikah kau melambatkan detik jarum mu? Aku rasa kamu terlalu cepat berjalan. Entah aku yang sudah lelah, atau memang kau yang jauh meninggalkanku di belakang. Kau membawa Kenyataan bersamamu, tanpa aku di hari yang seperti sekarang. Dulu, kita bersama mengawasi mega yang tergantung di langit. Mencari cahaya tersembunyi di baliknya. Kopi hangat menemani dengan dingin yang menyelimuti. Indahnya hari yang biasa. Tidakkah kau rindukan itu, Waktu?

Hai Kenyataan,
aku tau kamu membawa pesan dari langit tentang hal yang belum aku mengerti sekarang,
tapi kamu sudah terlalu keji kepadaku,
maukah kamu sampaikan salam hangatku pada langit? Aku hanya ingin semua berjalan seperti biasa, sambil minum teh menikmati senja, dan melambaikan tangan pada sang surya. Senja bergelantungan di langit, kemudian pudar dan menjemput malam menimang hening. Hari yang biasa, yang kini tiada, tergantikan peluh. Kamu berlari bersama Waktu.

Aku ingin hari yang biasa. Apakah pintaku terlalu muluk bagimu? 


Teman lamamu,
Kesenangan Semu.