Thursday, October 17, 2013

Adakah Kau Mendengar Isakku dengan Membaca?

  
"Pernahkah kau dengarkan burung-burung bernyanyi? Pernahkah kau dengarkan dia menangis? Tawa dan tangis yang ku dengar, sama merdunya. Ataukah memang aku tak tahu senandungnya?"


Aku tahu badai pasti berlalu.
Dan
"Matahari tak pernah telat bersinar"


Menguatkan diri sendiri untuk bisa menguatkan ibu adalah tugasku sekarang.


Allah tidak akan memberi cobaan/ujian yang melebihi batas kemampuan hamba-Nya, bukan?
Allah tidak pernah ingkar janji, bukan?


"Semua duka yang kau alami, sudah nasibmu. Untuk apa kau sembunyikan senyum di bibirmu?"

Bahkan untuk tersenyum pun aku harus diingatkan.
Dan untuk tertawa pun aku harus mengingat caranya.


Adakah bunga ranum tak wangi baunya?
Adakah pelangi kehilangan indahnya saat satu warnanya samar?


Lirik Lagu: Tangan Tak Sampai

Wednesday, October 16, 2013

Memar tapi Tersenyum


Seperti memar di kakimu, yang bergeming tiada rasa.
Namun membiru.

Seperti memar di kakimu, yang lalu dipijit orang tak tahu.
Kemudian ngilu.

Tapi apa?
Yang terlukis di wajahmu hanya senyum.





Itu aku, yang memar tapi tersenyum.



Rabu Kelabu


Rabu ini, kalau bisa disantap rasanya hanya pahit.


Sedih,
sejak burung-burung meneriaki matahari.
Putus asa,
dan kecewa.


Rabu ini, kalau bisa diminum rasanya hanya tawar.


Hambar.
Menangis,
dan marah.


Rabu ini, kalau bisa dilukis warnanya hanya abu-abu.



Gelap,
hingga berbaur dengan mega memangku bulan.
Belum pernah selemas ini,
sesesak ini,
seperti ini.
Takut.
dan tidak bisa berbuat apa-apa.



Rabu ini, kalau bisa ditulis hanya menyisakan kelabu dan pilu.