Wednesday, September 4, 2013

Lentera Siapa?


"Assalamualaikum, sayang. Apa kabarmu sekarang? Sudah mengaji hari ini? Kotbah Jum'at tadi tentang apa? Sudah meluangkan waktu untuk Bapak dan Ibu hari ini? Besok pulang larut lagi kah?"

Tidak ada jawaban.
yang dulu begitu nyaring kini terganti hening.

Kemudian lentera yang dahulu sempat kita simpan dan jaga mulai meredup dan meninggalkan cahaya di belakang sana, sisanya hanya gulita.
Dan tinggallah aku di sana, meraba yang ada.
Mata terbuka lebar tapi masih tak melihat.
Apa aku sudah buta?

Jemari andalan meraba sekitaran kini tak lagi peka. Sulit menjadi pembeda antara yang ada dan yang tak lagi nyata.
Apa aku masih ada?

Sendu membelakangiku, bergemul membaluti tubuhku.
Hancurkan saja aku seperti lumut menghancurkan batu!
Pun aku tak bisa melihat lagi kini, atau hingga entah kapan nanti.

Sesaat ku lihat ada cahaya di depan sana.
Kemudian ku lihat lagi dan kudekati.
"Kau kah itu?"
Aku terkejut mendengar suara. Ternyata gema suara yang berasal dariku.
Kadang aku terkekeh, tidak hanya sekali hal itu terjadi. Aku sadar tapi masih mengulangi.
Apa aku sudah gila?

Kembali ku ambil lentera yang dahulu sempat kita simpan dan jaga.
Hanya bisa kupandangi dan bertanya, "Bisakah ia menyala dengan sendirinya?"

Kita dulu menjaganya.
Kita dulu memastikan cahayanya tetap menyala.
Kita dulu mengumpulkan puingnya hingga menjadi lentera.
Kita dulu berdua menyiapkannya untuk tetap bersama.
Sekarang hanya aku yang memeganginya tanpa tau harus berbuat apa.

Sebenarnya ini lentera siapa?
Kini hanya tinggal Lentera dan Aku, yang dahulu adalah Kita.