Wednesday, April 3, 2013

Rembulan dan Hujan


Purnama menghiasi langit hitam, kemarin malam.
Sinar putih yang temaram sangat tenang, bungkam, siam.
Sekian kali aku sendiri--menyendiri--ditikam kelam.
Wahai rembulan, tak maukah kau kali ini saja menjadi peredam muram?


Hujan menawarkan sendu pada gulita malam ini.
Rintik air memukuli genting tak juga mengusir sunyi.
Kembali aku ditemani kesendirian menapaki penantian, harapan untuk kembali berseri.
Wahai hujan, tak bisakah kau sedikit saja siram aku dengan afeksi?


Gemuruh gaduh hatiku mengaduh,

Duh, Rembulan...
Duh, Hujan...




1 comment:

oemamz said...

jalan jalan ke kota kenya
jangan lupa membeli pepaya
aih sedap nian puisinya
tetap terus berkarya ya. ;)